MANAGEMENT KEBIDANAN
A. Konsep dan Prinsip Manajemen pada
Umumnya
Akar atau
dasar manajemen kebidanan adalah ilmu manajemen secara umum. Dengan mempelajari
teori manajemen, maka diharapkan bidan dapat menjadi manajer ketika mendapat
kedudukan sebagai seorang pimpinan, dan sebaliknya dapat melakukan pekerjaan
yang baik pula ketika bawahan dalam suatu sistem organisasi kebidanan. Demikian
pula dalam hal memberikan pelayanan kesehatan pada kliennya, seorang bidan
haruslah menjadi manager yang baik dalam rangka pemecahan masalah dari klien
tersebut.
Manajemen
adalah seni dalam melaksanakan suatu kegiatan melalui orang–orang. Manajemen
sering pula diartikan sebagai pengaturan atau pengelolaan sumber daya yang ada
sehingga hasilnya maksimal. Itulah sebabnya manajemen juga di terjemahkan
sebagai tata laksana (Mary Parker Follet).
Manajemen
adalah suatu proses atau kerangka kerja yang melibatkan bimbingan atau
pengarahan suatu kelompok orang–orang ke arah tujuan–tujuan organisasional atau
maksud–maksud yang nyata (George R. Terry dan Leslie W. Rue).
Manajemen
merupakan suatu pendekatan yang dinamis dan aktif dalam menjalankan suatu
kegiatan di organisasi. Di mana di dalam manajemen tersebut mencakup kegiatan
koordinasi dan superfisi terhadap staf sarana dan prasarana dalam mencapai
tujuan organisasi (Grant dan Masey, 1999).
Management is a highly process and manager is
some one who gets done trought of others (Rosmery E. Cross, 2001).
Manajemen
adalah suatu kegiatan, pelaksanaannya adalah managing, yaitu pengelolaan.
Sedangkan pelaksanannya disebut manager atau pengelola. Seorang manager adalah
orang yang melaksanaakan fungsi manajemen dan bekerja dengan dan melalui orang
lain. Dia bertanggung jawab atas pekerjaannya sendiri dan orang lain,
menyeimbangkkan tujuan yang saling bertentangan dan menentukan prioritas, mampu
berfikir secara analisis dan konseptual, menjadi penengah, oleh politisi dan
diplomat dan mampu mengambil keputusan yang sulit. Inti dari menejemen adalah
kepemimpinan. Seorang maneger yang baik adalah memiliki jiwa kepemimpinan.
Seorang manager yang baik adalah yang memiliki jiwa kepemimpinan.
Teori-teori
manajemen :
1) Teori
manajemen ilmiah mengatakan bahwa manager pada tingkat bawah sangat penting,
karena berhubungan langsung dengan proses produksi, dan menentukan berhasil
tidaknya suatu organisasi mencapai target yang ditentukan (Frederick W. Taylor
).
2) Teori administratif menganggap yang penting
adalah organisasi pada tingkat teratas, karena segala sesuatu dapat berjalan
dengan baik jika para manajer dapat manajer dapat menggerakkan organisasi
sesuai dengan prinsip-prinsip manajemen.
3) Teori
motivasional mengatakan bahwa efektif manajer adalah seseorang yang dapat
memotivasi stafnya untuk bekerja lebih baik dengan memperhatikan staf tersebut.
4) Teori
situasional berdasarkan pada asumsi dasar untuk melakukan motivasi pada
seseorang untuk melakukan pekerjaan, yang berhubungan dengan :
a.
Pencapaian
tujuan yang diharapkan.
b.
Kepuasan
pribadi
c.
Reward
1)
Fungsi
perencanaan
2)
Fungsi
mengatur pelaksanaan
a.
Pengorganisasian
(organizing )
b.
Penyiapan
tenaga ( staffing)
c.
Pengarahan
(directing)
d.
Pengkordinasian
(coordinating)
e.
Permintaan
laporan ( reporting )
3)
Fungsi
pengendalian (controlling )
4)
Fungsi
pengembangan (development )
Proses
manajemen menurut Rosmerry E. Cross adalah
:
1)
Forecasting,
Planning, and Development (ramalan, perencanaan, dan pengembangan )
2)
Managing
Human Resourch (Manajemen Sumber Daya Manusia )
3)
Policy
Making ( Penetapan Kebijaksanaa)
4)
Organizing (
Pengorganisasian )
5)
Communicating
(komunikasi )
6)
Motivating (
Motivasi )
7)
Coordinating
(Koordinasi )
8)
Controlling
( pengendalian )
9)
Information
Handling ( Pengaturan Informasi )
10)
Problem
Solving and decision making ( pemecahan masalah dan pengambilan keputusan )
Secara umum unsur-unsur dari manajemen yaitu :
1)
Manusia,
yaitu tenaga kerja (manusia)
2)
Money, yaitu
uang yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan.
3)
Methods,
yaitu cara-cara yang digunakan dalam pencapaian tujuan
4)
Material,
yaitu bahan-bahan yang digunakan untuk mancapai tujuan.
5)
Machines,
yaitu peralatan yang diperlukan untul mancapai tujuan.
6)
Market,
yaitu pasar untuk menjual output dan jasa-jasa yang dihasilkan.
Menurut La
Monica terdapat 3 kategori (manajemen skill) yang harus dimiliki oleh sorang
manajer yaitu :
1)
Technical
skill adalah kemampuan untuk menggunakan pengetahuan, metode, teknik untuk
melaksanakan tugas-tugas dan pekerjaan, didapatkan melalui pengalaman,
pendidikan, dan latihan.
2) Human skill adalah kemampuan
untuk bekerja dengan baik bersama staf, yang meliputi pengertian dan motivasi
yang diberikan dan dengan melaksanakan kepemimpinan yang efektif.
3) Conceptual skill
a.
Mempunyai
kemampuan untuk mengetahui seluk beluk organisasi
b.
Melaksanakan peran dan tanggungjawab dengan
baik
c.
Menggunakan
pengetahuan untuk menata organisasi
d.
Melakukan
kontak mata dengan staf dan melakukan komunikasi yang efektif
Tiga prinsip
pokok manajemen adalah :
1) Efisiensi
adalah bagaimana mencapai akhir dengan hanya menggunakan sarana yang perlu,
atau dengan menggunakan sarana sesedikit mungkin. Efisiensi adalah ukuran
mengenai hubungan antara hasil yang dicapai dengan usaha yang telah dikeluarkan
(misalnya oleh seorang tenaga kesehatan).
2) Efektivitas adalah seberapa besar suatu
tujuan sedang atau telah tercapai. Efektifitas merupakan suatu yang hendak
ditingglkan oleh manajemen.
3) Rasional dalam mengambil
keputusan sangat diperlukan dalam proses manajemen. Keputusan merupakan suatu
pilihan dalam dan dua atau lebih tindakan. Dalam istilah manajemen, pengambilan
keputusan merupakan jawaban atas pertanyaan tentang perkembangan suatu kegitan.
B. Konsep dan Prinsip Manajemen
Kebidanan
Proses
manajemen kebidanan sebenarnya sudah dilakukan sejak orang mulai menolong
kelahiran bayi. Pada zaman dahulu kala perempuan-perempuan yang sudah
berpengalaman melahirkan dipercaya untuk memberikan pelayanan kepada ibu-ibu
hamil dan melahirkan. Mereka diharapkan mampu memberikan pertolongan kepada ibu
yang hamil dan melahirkan. Tentu pertolongan yang diberikan pada masa tersebut
hanya berdasarkan pengalaman mereka sendiri, namun walau tanpa referensi mereka
mampu juga memberikan pelayanan untuk menyelamatkan ibu dan bayi.
Pada era
millennium yang terus menghadapkan kita pada situasi yang mangandalkan ilmu
pengetahuan membuat kita, bidan maupun penerima jasa pelayanan bidan semakin
kritis terhadap mutu pelayanan kebidanan. Dengan demikian pelayanan yang
diberikan sudah selayaknya berdasarkan teori yang dapat dipertanggungjawabkan
dan praktik yang dilakukan berdasarkan Evidence Based Medicine ( Bukti Ilmiah
yang Rasional ).
Varney
(1997) menjelaskan bahwa prinsip manajemen adalah pemecahan masalah. Dalam text
book masalah kebidanan yang ditulisnya pada tahun 1981 proses manajemen
kebidanan diselesaikan melalui 5 langkah.
Setelah
menggunakannya, Varney (1997) melihat ada beberapa hal yang penting
disempurnakan. Misalnya seorang bidan dalam manajemen yang dilakukannya perlu
lebih kritis untuk mengantisipasi masalah atau diaognosa potensial. Dengan
kemampuan yang lebih dalam melakukan analisa kebidanan akan menemukan diagnose
atau masalah potensial ini. Kadangkala bidan juga harus segera bertindak untuk
menyelesaikan maslah tertentu dan mungkin juga harus melakukan kolaborasi,
konsultasi bahkan mungkinjuga harus merujuk kliennya. Varney kemudian
menyempurnakan proses manajemen kebidanan menjadi 7 langkah. Ia menambahkan
langkah ke III agar bidan lebih kritikal mengantisipasi masalah yang
kemungkinan dapat terjadi pada kliennya.
Varney juga
menambahkan langkah ke IV di mana bidang diharapkan dapat menggunakan
kemanpuannya untuk melakukan deteksi dini dalam proses majemen sehingga bila
klien membutuhkan tindakan segera atau kolaborasi,konsultasi bahkan dirujuk
segera dapat dilaksanakan.Proses manajemen kebidanan ini diyulis oleh Varney
berdasarkan proses manajemen kebidanan yang American College of Midwife pada
dasar pemikiran yang sama dengan proses
manajemen menurut Varney.
Prinsip proses manajemen kebidanan menurut Helen Varney :
Prinsip proses manajemen kebidanan sesuai dengan standar yang dikeluarkan
oleh American College of Nurse Midwife
(1999) terdiri dari :
1) Secara
sistematis mengumpulkan dan memperbarui data yang lengkap dan relevan dengan
melakukan pengkajian yang komprehensif terhadap kesehatan setiap klien,
termasuk mengumpulkan riwayat kesehatan dan pemeriksaan fisik.
2) Mengidentifikasi
masalah dan membuat diagnosis berdasarkan interpretasi data dasar.
3) Mengidentifikasi
kebutuhan terhadap asuhan kesehatan dalam menyelesaikan masalah dan merumuskan
tujuan asuhan kesehatan bersama klien.
4) Memberikan informasi dan dukungan sehingga klien dapat
membuat keputusan dan bertanggung jawab terhadap kesehatannya.
5) Membuat
rencana asuhan yang komprehensif bersama klien.
6) Secara
pribadi bertanggung jawab terthadap implementasi rencana individual.
7) Melakukan
konsultasi, perencanaan dan melaksanakan manajemen dengan kolaborasi dan
merujuk klien untuk mendapatkan asuhan selanjutnya.
8) Merencanakan
manajemen terhadap komplikasi tertentu,
dalam situasi darurat dan bila ada penyimpangan dari keadaan normal.
9) Melakukan
evaluasi bersama klien terhadap pencapaian asuhan kesehatan dan merevisi
rencana asuhan sesuai dengan kebutuhan.
C. Pengertian Manajemen Kebidanan
Manajemen
kebidanan adalah suatu metode proses berfikir logis sistematis dalam member
asuhan kebidanan, agar menguntungkan kedua belah pihak baik klien maupun
pemberi asuhan. Oleh karena itu, manajemen kebidanan merupakan alur fikir bagi
seorang bidan dalam memberikan arah/kerangka dalam menangani kasus yang menjadi
tanggung jawabnya.
Manajemen
kebidanan merupakan proses pemecahan masalah yang digunakan sebagai metode
untuk mengorganisasikan pikiran dan tindakan berdasarkan teori ilmiah,
temuan-temuan, keterampilan suatu keputusan yang berfokus pada klien.
Pengertian manajemen kebidanan menurut beberapa sumber
:
Manajemen
kebidanan adalah pendekatan yang digunakan oleh bidan dalam menerapkan metode
pemecahan masalah secara sistematis mulai dari pengkajian, analisis data,
diagnosis kebidanan, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi (Buku 50 tahun IBI,
2007)
Manajemen
kebidanan adalah metode dan pendekatan pemecahan masalah ibu dan anak yang
khusus dilakukan oleh bidan dalam memberikan asuhan kebidanan kepada individu,
keluarga dan masyarakat (Depkes RI, 2005)
Manajemen kebidanan adalah proses pemecahan
masalah yang digunakan sebagai metode untuk mengorganisasikan pikiran dan
tindakan berdasarkan teori ilmiah, penemuan-penemuan, keteranpilan dalam
rangkaian tahapan yang logis untuk pengambilan suatu keputusan berfokus pada
klien (Helen Varney, 1997)
D. Langkah – Langkah Manajemen
Kebidanan
Langkah-langkah manajemen kebidanan
menurut Helen Verney:
1) Melakukan pengkajian untuk
mengumpulkan data semua data.
2) Melakukan identifikasi yang benar
terhadap masalah atau diagnosis berdasarkan interprestasi yang benar atas
adata-data tersebut.
3) Mengantisipasi masalah atau
diagnosis potensial berdasarkan masalah atau diagnosis yang sudah
diidentifikasi.
4) Mengidentifikasi perlunya tindakan
segera oleh bidan atau dokter (dikonsultasikan, kolaborasi, rujuk).
5) Merencanakan asuahan dengan
penjelasan yang sungguh rasional sebagai dasar untuk mengambil keputusan.
6) Mengarahkan atau melakukan rencana
asuhan secara efisien dan aman.
7) Mengevaluasi keefektifan asuhan.
Langkah-langkah di atas dapat dijelaskan sebagai
berikut :
1) Langkah I
(pertama) : Pengumpulan Data Dasar
Pada
langkah pertama ini dilakukan pengkajian dengan mengumpulkan semua data yang
diperlukan untuk mengevaluasi keadaan klien secara lengkap, yaitu :
• Riwayat
kesehatan
• Pemeriksaan fisik sesuai dengan kebutuhan
•
Meninjau catatan terbaru atau catatan sebelumnya,
• Meninjau
data laboratorium dan membandingkan dengan hasil studi
Pada
langkah pertama ini dikumpulkan semua informasi yang akurat dari semua sumber
yang berkaitan dengan kondisi klien. Bidan mengumpulkan data dasar awal yang
lengkap. Bila klien mengalami komplikasi yang perlu dikonsultasikan kepada
dokter dalam manajemen kolaborasi bidan akan melakukan konsultsi. Pada keadaan
tertentu dapat terjadi langkah pertama akan overlap dengan 5 dan 6 (atau
menjadi bagian dari langkah-langkah tersebut) karena data yang diperlukan
diambil dari hasil pemeriksaan laboratorium atau pemeriksaan diagnostic yang
lain. Kadang-kadang bidan perlu memulai manajemen dari langkah 4 untuk
mendapatkan data dasar awal yang perlu disampaikan kepada dokter.
2) Langkah II
(kedua) : Interpretasi Data Dasar
Pada langkah ini dilakukan identifikasi yang benar terhadap diagnose atau masalah dan
kebutuhan klien berdasarkan interpretasi yang benar atas data-data yang telah
dikumpulakan. Data dasar yang sudah dikumpulkan diinterpretasikan sehingga ditemukan
masalah atau diagnose yang sfesipik. Kata masalah dan diagnosa keduanya
digunakan karena beberapa masalah tidak dapat diselesaiakan seperti diagnosa
tetapi sungguh membutuhkan penanganan yang dituangkan kedalam sebuah rencana
asuhan terhadap klien. Masalah sering berkaitan dengan pengalaman wanita yang
di identifikasi oleh bidan. Masalah ini sering menyertai diagnosa. Sebagai
contoh diperoleh diagnosa “kemungkinan wanita hamil”, dan masalah yang
berhubungan dengan diagnosa ini adalah bahwa wanita tersebut mungkin tidak
menginginkan kehamilannya. Contoh lain yaitu wanita pada trimester ketiga
merasa takut terhadap proses persalinan dan melahirkan yang sudah tidak dapat
ditunda lagi. Perasaan takut tidak termasuk dalam kategori “nomenklatur standar
diagnosa” tetapi tentu akan menciptakan suatu masalah yang membutuhkan
pengkajian lebih lanjut dan memerlukan suatu perencanaan untuk mengurangi rasa
takut.
3) Langkah III (ketiga) :
Mengidentifikasi Diagnosa atau Masalah Potensial
Pada langkah ini kita
mngidentifikasi masalah atau diagnosa potensial lain berdasarkan ragkaian
masalah dan diagnosa yang sudah di identifikasi. Langkah ini membutuhkan
antisipasi, bila memunkinkan dilakukan pencegahan, sambil mengamati klien,
bidan diharapkan dapat bersiap-siap bila diagnosa/masalah potensial ini
benar-benar terjadi.
Pada langkah ini penting sekali
melakukan asuhan yang aman. Contoh seorang wanita dengan pemuaian uterus yang
berlebihan. Bidan harus mempertimbangkan kemungkinan penyebab pemuaian uterus
yang berlebihan tersebut (misalnya pelihidramnion, besar dari masa kehamilan,
ibu dengan diabetes kehamilan, atau kehamilan kembar). Kemudian ia harus
mengantisipasi, melakukan perencanaan untuk mengatasinya dan bersiap-siap
terhadap kemungkinan tiba-tiba terjadi perdarahan post partum yang disebabkan
oleh atonia uteri karena pemuaian uterus yang berlebiahan. Pada persalinan
dengan bayi besar, bidan sebaiknya juga mengantisipasi dan beriap-siap terhadap
kemungkinan terjadinya distocia bahu dan juga kebutuhan untuk resusitasi. Bidan
juga sebaiknya waspada terhadap kemungkinan wanita menderita infeksi saluran
kencing yang menyebabkan tingginya kemungkinan terjadinya peningkatan partus
prematur atau bayi kecil. Persiapan yang sederhana adalahdengan bertanya dan
mengkaji riwayat kehamilan pada setiap kunjungan ulang, pemeriksaan
laboratorium terhadap simptomatik terhadap bakteri dan segera memberi
pengobatan jika infeksi saluran kencing terjadi.
4) Langkah IV
(keempat) : Mengidentifikasi dan Menetapkan Kebutuhan yang Memerlukan
Penanganan Segera
Mengidentifikasi
perlunya tindakan segera oleh bidan atau dokter fan atau untuk dikonsultasikan
atau ditangani bersama dengan anggota tim kesehatan yang lain sesuai kondisi
klien.
Langkah keempat mencerminkan kesinambungan
dari proses manajemen kebidanan. Jadi manajemen bukan hanyaselama asuhan primer
periodic atau kunjungan prenatal saja, tetapi juga selama wanita tersebut
bersama bidan terus-menerus, misalnya pada waktu wanita tersebut dalam
persalinan. Data baru mungkin saja perlu dikumpulkan dan dievaluasi. Beberapa
data mungkin mengidikasikan situasi yan gawat dimana bidan harus bertindak
segera untuk kepentingan keselamatan jiwa ibu atau anak (misalnya, perdarahan
kala III atau perdarahan segera setelah lahir, distocia bahu, atau nilai APGAR
yang rendah). Dari data yang dikumpulkan dapat menunjukan satu situasi yang
memerlukan tindakan segera sementara yan lain harus menunggu intervensi dari
seorang dokter, misalnya prolaps tali pusat. Situasi lainnya bisa saja tidak merupakan kegawatan tetapi
memerlukan konsultasi atau kolaborasi dengan dokter.
Demikian juga bila ditemukan
tanda-tanda awal dari pre-eklampsia, kelainan panggul, adanya penyakit jantung,
diabetes atau masalah medic yang serius, bidan perlu melakukan konsultasi atau
kolaborasi dengan dokter. Dalam kondisi tertentu seorang wanita mungkin juga
akan memerlukan konsultasi atau kolaborasi dengan dokter atau tim kesehatan
lainnya seperti pekerja sosial, ahli gizi atau seorng ahli perawat klinis bayi
bru lahir. Dalam hal ini bidan harus mampu mengevaluasi kondisi setiap klien
untuk menentukan kepada siapa konsultasi dan kolaborasi yang paling tepat dalam
manajemen asuhan klien.
5) Langkah V (kelima) : Merencanakan
Asuhan Yang Menyeluruh
Pada langkah ini direncanakan asuhan
yang menyeluruh ditentukan oleh langkah-langkah sebelumnya. Langkah ini
merupakan kelanjutan manajemen terhadap diagnosa atau masalah yang telah
diidentifikasi atau diantisipasi, pada langkah ini reformasi / data dasar yang
tidak lengkap dapat dilengkapi. Rencana asuhan yang menyeluruh tidak hanya
meliputi apa yang sudah teridentifikasi dari kondisi klien atau dari setiap
masalah yang berkaitan tetapi juga dari kerangka pedoman antisipasi terhadap
wanita tersebut seperti apa yang diperkirakan akan terjadi berikutnya apakah
dibutuhkan penyuluhan, konseling, dan apakah perlu merujuk klien bila ada
masalah-masalah yang berkaitan dengan sosial-ekonomi, kultural atau masalah
psikologis. Dengan perkataan lain, asuhannya terhadap wanita tersebut sudah
mencakup setiap hal yang berkaitan dengan semua aspek asuhan. Setiap rencana
asuhan haruslah disetujui oleh kedua belah pihak, yaitu oleh bidan dan k lien,
agar dapat dilaksanakan dengan efektif karena klien merupakan bagia dari
pelaksanaan rencana tersebut. Oleh karena itu, langkah ini tugas bidan adalah
merumuskan rencana asuhan sesuai dengan hasil pembahasan rencana bersama klien,
kehidupan membuat kesepakatan bersama sebelum melaksanakannya.
Semua keputusan yang dikembangkan
dalam asuhan menyeluruh ini harus rasional dan benar-benar valid berdasarkan
pengetahuan dan teori yan up to date serta sesuai dengan asumsi tentang apa
yang atau tidak akan dilakukan oleh klien.
Rasional berarti tidak berdasarkan
asumsi, tetapi sesuai dengan keadan klien dan pengetahuan teori yang benar dan
memadai atau berdasarkan suatu data dasar yang lengkap, dan bisa dianggap valid
sehingga menghasilkan asuhan klien yang lengkap dan tidak berbahaya.
6) Langkah VI (keenam) : Melaksanakan
Perencanaan
Pada langkah ini rencana asuhan
menyeluruh seperti yang telah diurakan pada langkah kelima dilaksanakan secara
efisien dan aman. Perencanaan ini bisa dilakukan oleh bidan atau sebagian
dilakukan oleh bidan dan sebagian lagi oleh klien, atau anggota tim kesehatan
yang lain. Jika bidan tidak melakukannya sendiri ia tetap memikul tanggung
jawab untuk mengarahkan pelaksanaannya (misalnya : memastikan agar
langkah-langkah tersebut benar-benar
terlaksana). Dalam situasi dimana bidan dalam manajemen asuhan bagi
klien adalah bertanggungjawab terhadap terlaksananya rencana asuhan bersama
yang menyeluruh tersebut. Manajemen yang efisien akan menyingkat waktu dan
biaya serta meningkatkan mutu dari asuhan klien.
7) Langkah VII (ketujuh) : Evaluasi
Pada
langkah ke VII ini dilakukan evaluasi keefektifan dari asuhan yang sudah
diberikan meliputi pemenuhan kebutuhan akan bantuan apakah benar-benar telah
terpenuhi sesuai dengan sebagaimana telah diidentifikasi didalam masalah
diagnosa. Rencana tersebut dapat dianggap efektif jika memang benar dalam
pelaksanaannya. Ada kemungkinan bahwa sebagian rencana tersebut telah efektif
sedang sebagian belum efektif.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar