Minggu, 27 April 2014

MANAGEMENT KEBIDANAN



MANAGEMENT KEBIDANAN

A. Konsep dan Prinsip Manajemen pada Umumnya
Akar atau dasar manajemen kebidanan adalah ilmu manajemen secara umum. Dengan mempelajari teori manajemen, maka diharapkan bidan dapat menjadi manajer ketika mendapat kedudukan sebagai seorang pimpinan, dan sebaliknya dapat melakukan pekerjaan yang baik pula ketika bawahan dalam suatu sistem organisasi kebidanan. Demikian pula dalam hal memberikan pelayanan kesehatan pada kliennya, seorang bidan haruslah menjadi manager yang baik dalam rangka pemecahan masalah dari klien tersebut.
Manajemen adalah seni dalam melaksanakan suatu kegiatan melalui orang–orang. Manajemen sering pula diartikan sebagai pengaturan atau pengelolaan sumber daya yang ada sehingga hasilnya maksimal. Itulah sebabnya manajemen juga di terjemahkan sebagai tata laksana (Mary Parker Follet).
Manajemen adalah suatu proses atau kerangka kerja yang melibatkan bimbingan atau pengarahan suatu kelompok orang–orang ke arah tujuan–tujuan organisasional atau maksud–maksud yang nyata (George R. Terry dan Leslie W. Rue).
Manajemen merupakan suatu pendekatan yang dinamis dan aktif dalam menjalankan suatu kegiatan di organisasi. Di mana di dalam manajemen tersebut mencakup kegiatan koordinasi dan superfisi terhadap staf sarana dan prasarana dalam mencapai tujuan organisasi (Grant dan Masey, 1999).
 Management is a highly process and manager is some one who gets done trought of others (Rosmery E. Cross, 2001).

Manajemen adalah suatu kegiatan, pelaksanaannya adalah managing, yaitu pengelolaan. Sedangkan pelaksanannya disebut manager atau pengelola. Seorang manager adalah orang yang melaksanaakan fungsi manajemen dan bekerja dengan dan melalui orang lain. Dia bertanggung jawab atas pekerjaannya sendiri dan orang lain, menyeimbangkkan tujuan yang saling bertentangan dan menentukan prioritas, mampu berfikir secara analisis dan konseptual, menjadi penengah, oleh politisi dan diplomat dan mampu mengambil keputusan yang sulit. Inti dari menejemen adalah kepemimpinan. Seorang maneger yang baik adalah memiliki jiwa kepemimpinan. Seorang manager yang baik adalah yang memiliki jiwa kepemimpinan.
Teori-teori manajemen :
1)        Teori manajemen ilmiah mengatakan bahwa manager pada tingkat bawah sangat penting, karena berhubungan langsung dengan proses produksi, dan menentukan berhasil tidaknya suatu organisasi mencapai target yang ditentukan (Frederick W. Taylor ).
2)         Teori administratif menganggap yang penting adalah organisasi pada tingkat teratas, karena segala sesuatu dapat berjalan dengan baik jika para manajer dapat manajer dapat menggerakkan organisasi sesuai dengan prinsip-prinsip manajemen.
3)        Teori motivasional mengatakan bahwa efektif manajer adalah seseorang yang dapat memotivasi stafnya untuk bekerja lebih baik dengan memperhatikan staf tersebut.
4)        Teori situasional berdasarkan pada asumsi dasar untuk melakukan motivasi pada seseorang untuk melakukan pekerjaan, yang berhubungan dengan :
a.    Pencapaian tujuan yang diharapkan.
b.    Kepuasan pribadi
c.    Reward


 Fungsi-fungsi manajemen :
1)        Fungsi perencanaan
2)        Fungsi mengatur pelaksanaan
a.         Pengorganisasian (organizing )
b.        Penyiapan tenaga ( staffing)
c.         Pengarahan (directing)
d.        Pengkordinasian (coordinating)
e.         Permintaan laporan ( reporting )
3)        Fungsi pengendalian (controlling )
4)        Fungsi pengembangan (development )
Proses manajemen menurut Rosmerry E. Cross adalah  :
1)        Forecasting, Planning, and Development (ramalan, perencanaan, dan pengembangan )
2)        Managing Human Resourch (Manajemen Sumber Daya Manusia )
3)        Policy Making ( Penetapan Kebijaksanaa)
4)        Organizing ( Pengorganisasian )
5)        Communicating (komunikasi )
6)        Motivating ( Motivasi )
7)        Coordinating (Koordinasi )
8)        Controlling ( pengendalian )
9)        Information Handling ( Pengaturan Informasi )
10)    Problem Solving and decision making ( pemecahan masalah dan pengambilan keputusan )

Secara umum unsur-unsur dari manajemen yaitu :

1)        Manusia, yaitu tenaga kerja (manusia)
2)        Money, yaitu uang yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan.
3)        Methods, yaitu cara-cara yang digunakan dalam pencapaian tujuan
4)        Material, yaitu bahan-bahan yang digunakan untuk mancapai tujuan.
5)        Machines, yaitu peralatan yang diperlukan untul mancapai tujuan.
6)        Market, yaitu pasar untuk menjual output dan jasa-jasa yang dihasilkan.
Menurut La Monica terdapat 3 kategori (manajemen skill) yang harus dimiliki oleh sorang manajer yaitu :
1)        Technical skill adalah kemampuan untuk menggunakan pengetahuan, metode, teknik untuk melaksanakan tugas-tugas dan pekerjaan, didapatkan melalui pengalaman, pendidikan, dan latihan.
2)        Human skill adalah kemampuan untuk bekerja dengan baik bersama staf, yang meliputi pengertian dan motivasi yang diberikan dan dengan melaksanakan kepemimpinan yang efektif.
3)         Conceptual skill
a.    Mempunyai kemampuan untuk mengetahui seluk beluk organisasi
b.     Melaksanakan peran dan tanggungjawab dengan baik
c.    Menggunakan pengetahuan untuk menata organisasi
d.   Melakukan kontak mata dengan staf dan melakukan komunikasi yang efektif
Tiga prinsip pokok manajemen adalah :
1)    Efisiensi adalah bagaimana mencapai akhir dengan hanya menggunakan sarana yang perlu, atau dengan menggunakan sarana sesedikit mungkin. Efisiensi adalah ukuran mengenai hubungan antara hasil yang dicapai dengan usaha yang telah dikeluarkan (misalnya oleh seorang tenaga kesehatan).
2)    Efektivitas adalah seberapa besar suatu tujuan sedang atau telah tercapai. Efektifitas merupakan suatu yang hendak ditingglkan oleh manajemen.
3)    Rasional dalam mengambil keputusan sangat diperlukan dalam proses manajemen. Keputusan merupakan suatu pilihan dalam dan dua atau lebih tindakan. Dalam istilah manajemen, pengambilan keputusan merupakan jawaban atas pertanyaan tentang perkembangan suatu kegitan.

B. Konsep dan Prinsip Manajemen Kebidanan
Proses manajemen kebidanan sebenarnya sudah dilakukan sejak orang mulai menolong kelahiran bayi. Pada zaman dahulu kala perempuan-perempuan yang sudah berpengalaman melahirkan dipercaya untuk memberikan pelayanan kepada ibu-ibu hamil dan melahirkan. Mereka diharapkan mampu memberikan pertolongan kepada ibu yang hamil dan melahirkan. Tentu pertolongan yang diberikan pada masa tersebut hanya berdasarkan pengalaman mereka sendiri, namun walau tanpa referensi mereka mampu juga memberikan pelayanan untuk menyelamatkan ibu dan bayi.
Pada era millennium yang terus menghadapkan kita pada situasi yang mangandalkan ilmu pengetahuan membuat kita, bidan maupun penerima jasa pelayanan bidan semakin kritis terhadap mutu pelayanan kebidanan. Dengan demikian pelayanan yang diberikan sudah selayaknya berdasarkan teori yang dapat dipertanggungjawabkan dan praktik yang dilakukan berdasarkan Evidence Based Medicine ( Bukti Ilmiah yang Rasional ).
Varney (1997) menjelaskan bahwa prinsip manajemen adalah pemecahan masalah. Dalam text book masalah kebidanan yang ditulisnya pada tahun 1981 proses manajemen kebidanan diselesaikan melalui 5 langkah.
Setelah menggunakannya, Varney (1997) melihat ada beberapa hal yang penting disempurnakan. Misalnya seorang bidan dalam manajemen yang dilakukannya perlu lebih kritis untuk mengantisipasi masalah atau diaognosa potensial. Dengan kemampuan yang lebih dalam melakukan analisa kebidanan akan menemukan diagnose atau masalah potensial ini. Kadangkala bidan juga harus segera bertindak untuk menyelesaikan maslah tertentu dan mungkin juga harus melakukan kolaborasi, konsultasi bahkan mungkinjuga harus merujuk kliennya. Varney kemudian menyempurnakan proses manajemen kebidanan menjadi 7 langkah. Ia menambahkan langkah ke III agar bidan lebih kritikal mengantisipasi masalah yang kemungkinan dapat terjadi pada kliennya.
Varney juga menambahkan langkah ke IV di mana bidang diharapkan dapat menggunakan kemanpuannya untuk melakukan deteksi dini dalam proses majemen sehingga bila klien membutuhkan tindakan segera atau kolaborasi,konsultasi bahkan dirujuk segera dapat dilaksanakan.Proses manajemen kebidanan ini diyulis oleh Varney berdasarkan proses manajemen kebidanan yang American College of Midwife pada dasar  pemikiran yang sama dengan proses manajemen menurut Varney.
Prinsip proses manajemen kebidanan menurut Helen Varney :
Prinsip proses manajemen kebidanan sesuai dengan standar yang dikeluarkan oleh  American College of Nurse Midwife (1999) terdiri dari :
1)        Secara sistematis mengumpulkan dan memperbarui data yang lengkap dan relevan dengan melakukan pengkajian yang komprehensif terhadap kesehatan setiap klien, termasuk mengumpulkan riwayat kesehatan dan pemeriksaan fisik.
2)        Mengidentifikasi masalah dan membuat diagnosis berdasarkan interpretasi data dasar.
3)        Mengidentifikasi kebutuhan terhadap asuhan kesehatan dalam menyelesaikan masalah dan merumuskan tujuan asuhan kesehatan bersama klien.
4)        Memberikan  informasi dan dukungan sehingga klien dapat membuat keputusan dan bertanggung jawab terhadap kesehatannya.
5)        Membuat rencana asuhan yang komprehensif bersama klien.
6)        Secara pribadi bertanggung jawab terthadap implementasi rencana individual.
7)        Melakukan konsultasi, perencanaan dan melaksanakan manajemen dengan kolaborasi dan merujuk klien untuk mendapatkan asuhan selanjutnya.
8)        Merencanakan manajemen   terhadap komplikasi tertentu, dalam situasi darurat dan bila ada penyimpangan dari keadaan normal.
9)        Melakukan evaluasi bersama klien terhadap pencapaian asuhan kesehatan dan merevisi rencana asuhan sesuai dengan kebutuhan.

C. Pengertian Manajemen Kebidanan
Manajemen kebidanan adalah suatu metode proses berfikir logis sistematis dalam member asuhan kebidanan, agar menguntungkan kedua belah pihak baik klien maupun pemberi asuhan. Oleh karena itu, manajemen kebidanan merupakan alur fikir bagi seorang bidan dalam memberikan arah/kerangka dalam menangani kasus yang menjadi tanggung jawabnya.
Manajemen kebidanan merupakan proses pemecahan masalah yang digunakan sebagai metode untuk mengorganisasikan pikiran dan tindakan berdasarkan teori ilmiah, temuan-temuan, keterampilan suatu keputusan yang berfokus pada klien.
Pengertian manajemen kebidanan menurut beberapa sumber :
Manajemen kebidanan adalah pendekatan yang digunakan oleh bidan dalam menerapkan metode pemecahan masalah secara sistematis mulai dari pengkajian, analisis data, diagnosis kebidanan, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi (Buku 50 tahun IBI, 2007)
Manajemen kebidanan adalah metode dan pendekatan pemecahan masalah ibu dan anak yang khusus dilakukan oleh bidan dalam memberikan asuhan kebidanan kepada individu, keluarga dan masyarakat (Depkes RI, 2005)
 Manajemen kebidanan adalah proses pemecahan masalah yang digunakan sebagai metode untuk mengorganisasikan pikiran dan tindakan berdasarkan teori ilmiah, penemuan-penemuan, keteranpilan dalam rangkaian tahapan yang logis untuk pengambilan suatu keputusan berfokus pada klien (Helen Varney, 1997)


D. Langkah – Langkah Manajemen Kebidanan
Langkah-langkah manajemen kebidanan menurut Helen Verney:
1)   Melakukan pengkajian untuk mengumpulkan data semua data.
2)   Melakukan identifikasi yang benar terhadap masalah atau diagnosis berdasarkan interprestasi yang benar atas adata-data tersebut.
3)   Mengantisipasi masalah atau diagnosis potensial berdasarkan masalah atau diagnosis yang sudah diidentifikasi.
4)   Mengidentifikasi perlunya tindakan segera oleh bidan atau dokter (dikonsultasikan, kolaborasi, rujuk).
5)   Merencanakan asuahan dengan penjelasan yang sungguh rasional sebagai dasar untuk mengambil keputusan.
6)   Mengarahkan atau melakukan rencana asuhan secara efisien dan aman.
7)   Mengevaluasi keefektifan asuhan.

Langkah-langkah di atas dapat dijelaskan sebagai berikut :

1)        Langkah I (pertama) : Pengumpulan Data Dasar
                             Pada langkah pertama ini dilakukan pengkajian dengan mengumpulkan semua data yang diperlukan untuk mengevaluasi keadaan klien secara lengkap, yaitu :
   Riwayat kesehatan
   Pemeriksaan fisik sesuai dengan kebutuhan
   Meninjau catatan terbaru atau catatan sebelumnya,
   Meninjau data laboratorium dan membandingkan dengan hasil studi
                        Pada langkah pertama ini dikumpulkan semua informasi yang akurat dari semua sumber yang berkaitan dengan kondisi klien. Bidan mengumpulkan data dasar awal yang lengkap. Bila klien mengalami komplikasi yang perlu dikonsultasikan kepada dokter dalam manajemen kolaborasi bidan akan melakukan konsultsi. Pada keadaan tertentu dapat terjadi langkah pertama akan overlap dengan 5 dan 6 (atau menjadi bagian dari langkah-langkah tersebut) karena data yang diperlukan diambil dari hasil pemeriksaan laboratorium atau pemeriksaan diagnostic yang lain. Kadang-kadang bidan perlu memulai manajemen dari langkah 4 untuk mendapatkan data dasar awal yang perlu disampaikan kepada dokter.

2)        Langkah II (kedua) : Interpretasi Data Dasar
                              Pada langkah ini dilakukan identifikasi  yang benar terhadap diagnose atau masalah dan kebutuhan klien berdasarkan interpretasi yang benar atas data-data yang telah dikumpulakan. Data dasar yang sudah dikumpulkan diinterpretasikan sehingga ditemukan masalah atau diagnose yang sfesipik. Kata masalah dan diagnosa keduanya digunakan karena beberapa masalah tidak dapat diselesaiakan seperti diagnosa tetapi sungguh membutuhkan penanganan yang dituangkan kedalam sebuah rencana asuhan terhadap klien. Masalah sering berkaitan dengan pengalaman wanita yang di identifikasi oleh bidan. Masalah ini sering menyertai diagnosa. Sebagai contoh diperoleh diagnosa “kemungkinan wanita hamil”, dan masalah yang berhubungan dengan diagnosa ini adalah bahwa wanita tersebut mungkin tidak menginginkan kehamilannya. Contoh lain yaitu wanita pada trimester ketiga merasa takut terhadap proses persalinan dan melahirkan yang sudah tidak dapat ditunda lagi. Perasaan takut tidak termasuk dalam kategori “nomenklatur standar diagnosa” tetapi tentu akan menciptakan suatu masalah yang membutuhkan pengkajian lebih lanjut dan memerlukan suatu perencanaan untuk mengurangi rasa takut.

3)   Langkah III (ketiga) : Mengidentifikasi Diagnosa atau Masalah Potensial
                 Pada langkah ini kita mngidentifikasi masalah atau diagnosa potensial lain berdasarkan ragkaian masalah dan diagnosa yang sudah di identifikasi. Langkah ini membutuhkan antisipasi, bila memunkinkan dilakukan pencegahan, sambil mengamati klien, bidan diharapkan dapat bersiap-siap bila diagnosa/masalah potensial ini benar-benar terjadi.
                 Pada langkah ini penting sekali melakukan asuhan yang aman. Contoh seorang wanita dengan pemuaian uterus yang berlebihan. Bidan harus mempertimbangkan kemungkinan penyebab pemuaian uterus yang berlebihan tersebut (misalnya pelihidramnion, besar dari masa kehamilan, ibu dengan diabetes kehamilan, atau kehamilan kembar). Kemudian ia harus mengantisipasi, melakukan perencanaan untuk mengatasinya dan bersiap-siap terhadap kemungkinan tiba-tiba terjadi perdarahan post partum yang disebabkan oleh atonia uteri karena pemuaian uterus yang berlebiahan. Pada persalinan dengan bayi besar, bidan sebaiknya juga mengantisipasi dan beriap-siap terhadap kemungkinan terjadinya distocia bahu dan juga kebutuhan untuk resusitasi. Bidan juga sebaiknya waspada terhadap kemungkinan wanita menderita infeksi saluran kencing yang menyebabkan tingginya kemungkinan terjadinya peningkatan partus prematur atau bayi kecil. Persiapan yang sederhana adalahdengan bertanya dan mengkaji riwayat kehamilan pada setiap kunjungan ulang, pemeriksaan laboratorium terhadap simptomatik terhadap bakteri dan segera memberi pengobatan jika infeksi saluran kencing terjadi.

4)   Langkah IV (keempat) : Mengidentifikasi dan Menetapkan Kebutuhan yang Memerlukan Penanganan Segera
                             Mengidentifikasi perlunya tindakan segera oleh bidan atau dokter fan atau untuk dikonsultasikan atau ditangani bersama dengan anggota tim kesehatan yang lain sesuai kondisi klien.
                              Langkah keempat mencerminkan kesinambungan dari proses manajemen kebidanan. Jadi manajemen bukan hanyaselama asuhan primer periodic atau kunjungan prenatal saja, tetapi juga selama wanita tersebut bersama bidan terus-menerus, misalnya pada waktu wanita tersebut dalam persalinan. Data baru mungkin saja perlu dikumpulkan dan dievaluasi. Beberapa data mungkin mengidikasikan situasi yan gawat dimana bidan harus bertindak segera untuk kepentingan keselamatan jiwa ibu atau anak (misalnya, perdarahan kala III atau perdarahan segera setelah lahir, distocia bahu, atau nilai APGAR yang rendah). Dari data yang dikumpulkan dapat menunjukan satu situasi yang memerlukan tindakan segera sementara yan lain harus menunggu intervensi dari seorang dokter, misalnya prolaps tali pusat. Situasi  lainnya bisa saja tidak merupakan kegawatan tetapi memerlukan konsultasi atau kolaborasi dengan dokter.
                 Demikian juga bila ditemukan tanda-tanda awal dari pre-eklampsia, kelainan panggul, adanya penyakit jantung, diabetes atau masalah medic yang serius, bidan perlu melakukan konsultasi atau kolaborasi dengan dokter. Dalam kondisi tertentu seorang wanita mungkin juga akan memerlukan konsultasi atau kolaborasi dengan dokter atau tim kesehatan lainnya seperti pekerja sosial, ahli gizi atau seorng ahli perawat klinis bayi bru lahir. Dalam hal ini bidan harus mampu mengevaluasi kondisi setiap klien untuk menentukan kepada siapa konsultasi dan kolaborasi yang paling tepat dalam manajemen asuhan klien.

5)   Langkah V (kelima) : Merencanakan Asuhan Yang Menyeluruh
                 Pada langkah ini direncanakan asuhan yang menyeluruh ditentukan oleh langkah-langkah sebelumnya. Langkah ini merupakan kelanjutan manajemen terhadap diagnosa atau masalah yang telah diidentifikasi atau diantisipasi, pada langkah ini reformasi / data dasar yang tidak lengkap dapat dilengkapi. Rencana asuhan yang menyeluruh tidak hanya meliputi apa yang sudah teridentifikasi dari kondisi klien atau dari setiap masalah yang berkaitan tetapi juga dari kerangka pedoman antisipasi terhadap wanita tersebut seperti apa yang diperkirakan akan terjadi berikutnya apakah dibutuhkan penyuluhan, konseling, dan apakah perlu merujuk klien bila ada masalah-masalah yang berkaitan dengan sosial-ekonomi, kultural atau masalah psikologis. Dengan perkataan lain, asuhannya terhadap wanita tersebut sudah mencakup setiap hal yang berkaitan dengan semua aspek asuhan. Setiap rencana asuhan haruslah disetujui oleh kedua belah pihak, yaitu oleh bidan dan k lien, agar dapat dilaksanakan dengan efektif karena klien merupakan bagia dari pelaksanaan rencana tersebut. Oleh karena itu, langkah ini tugas bidan adalah merumuskan rencana asuhan sesuai dengan hasil pembahasan rencana bersama klien, kehidupan membuat kesepakatan bersama sebelum melaksanakannya.
Semua keputusan yang dikembangkan dalam asuhan menyeluruh ini harus rasional dan benar-benar valid berdasarkan pengetahuan dan teori yan up to date serta sesuai dengan asumsi tentang apa yang atau tidak akan dilakukan oleh klien.
Rasional berarti tidak berdasarkan asumsi, tetapi sesuai dengan keadan klien dan pengetahuan teori yang benar dan memadai atau berdasarkan suatu data dasar yang lengkap, dan bisa dianggap valid sehingga menghasilkan asuhan klien yang lengkap dan tidak berbahaya.

6)   Langkah VI (keenam) : Melaksanakan Perencanaan
                 Pada langkah ini rencana asuhan menyeluruh seperti yang telah diurakan pada langkah kelima dilaksanakan secara efisien dan aman. Perencanaan ini bisa dilakukan oleh bidan atau sebagian dilakukan oleh bidan dan sebagian lagi oleh klien, atau anggota tim kesehatan yang lain. Jika bidan tidak melakukannya sendiri ia tetap memikul tanggung jawab untuk mengarahkan pelaksanaannya (misalnya : memastikan agar langkah-langkah tersebut benar-benar  terlaksana). Dalam situasi dimana bidan dalam manajemen asuhan bagi klien adalah bertanggungjawab terhadap terlaksananya rencana asuhan bersama yang menyeluruh tersebut. Manajemen yang efisien akan menyingkat waktu dan biaya serta meningkatkan mutu dari asuhan klien.

7)   Langkah VII (ketujuh) : Evaluasi
                 Pada langkah ke VII ini dilakukan evaluasi keefektifan dari asuhan yang sudah diberikan meliputi pemenuhan kebutuhan akan bantuan apakah benar-benar telah terpenuhi sesuai dengan sebagaimana telah diidentifikasi didalam masalah diagnosa. Rencana tersebut dapat dianggap efektif jika memang benar dalam pelaksanaannya. Ada kemungkinan bahwa sebagian rencana tersebut telah efektif sedang sebagian belum efektif.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar